Apa hubungannya? Apakah Steve Jobs –CEO paling sukses dan paling berpengaruh abad ini– juga ikut berpuasa? Barangkali itu yang akan segera terfikir di kepala anda.
CEO Apple incorporation itu adalah seorang budhist, keyakinan personal yang dia pilih setelah sebuah petualangan spiritual yang menggetarkan ke India.
Petualangan spiritual itu pula yang menginspirasi dirinya mendirikan Apple Computer dan terobsesi gila dengan segala sesuatu yang less, simple but powerful product.
Maka, dengan kegilaan laki-laki drop out kuliah ini, hari ini anda dapat menikmati 1000 lagu –tanpa harus membawa berpuluh-puluh kaset atau CD—dari sebuah benda kecil seukuran korek api yang dapat anda selipkan di kantong tanpa kantong anda jadi penuh karenanya.
Nama benda itu iPod, dikeluarkan pertama kali tahun 2001 dan langsung memukul roboh tanpa ampun Walkman-nya Sony yang berjaya bertahun-tahun sebagai teman setia perjalanan anda. Walkman kini nasibnya persis seperti harimau Sumatera, nyaris punah. Kompetisi memang kejam.
Tahun 2007, laki-laki yang identik dengan black mock (kaos lengan panjang warna hitam yang kerahnya sampai ke leher), celana jeans dan sepatu sport ini mengguncang dunia dengan memperkenalkan produk ponsel pintar yang bisa dioperasikan hanya dengan di sentuh dan di belai layarnya (touch screen), menjungkirbalikan ponsel-ponsel lain yang masih butuh di pijit-pijit. Gadget fancy itu adalah iPhone.
Ramping , stylish dengan berbagai fitur menarik yang content-nya bisa di beli dan di isi ulang di Apple Store, membuat iPhone menjadi benda yang fungsinya jauh lebih cerdas dari sekedar alat komunikasi genggam. Di Indonesia benda ini mungkin masih kalah populer dibandingkan BlackBerry keluaran R.I.M, tetapi di pentas dunia dia lebih berjaya dari BB dari sisi penguasaan pasar.
Dan, inilah prestasi fenomenal lelaki asli silicon valley itu, pada tahun 2010 Steve Jobs membelalakan mata dunia dengan memperkenalkan komputer tablet bernama iPad. Sejak saat itu, iPad menjadi icon baru teknologi modern yang diburu banyak orang termasuk kaum eksekutif Indonesia. Ia laris manis seperti daun ketupat menjelang lebaran.
Para follower pun kemudian tanpa malu-malu menjiplak kesuksesan iPad dengan menciptakan produk-produk sejenis yang sekarang banyak beredar di pasaran (yang juga digunakan seorang anggota parlemen yang terhormat untuk menikmati film porno pada saat sidang soal rakyat).
Begitulah. Jauh sebelum era iPad, apa yang dibuat oleh lelaki ini di Apple Inc memang selalu menciptakan trend dan sejarah baru. Takdir laki-laki ini nampaknya memang sebagai inventor (penemu), karena apapun yang dia ciptakan selalu yang out of blue. Ia juga seperti raja Midas, apapun yang disentuhnya berubah menjadi emas. Sebutlah misalnya karyanya yang lain; Macintosh, iMac, Book Mac, adalah karya-karya artistik dunia digital yang belum pernah ada sebelumnya. Sejumlah orang bahkan tanpa ragu menyamakannya dengan penemu-penemu agung abad silam, seperti Alexader Graham Bell dan Leonardo Da Vinci.
*****************
Steve Jobs bukan cuma jago bikin karya-karya master piece dunia digital, tetapi perusahaan yang dipimpinnya juga adalah salah satu perusahaan paling sukses di kolong langit. Kapitalisasi pasar Apple Inc nangkring di nomor satu mengalahkan perusahaan pengeruk minyak Exxon Mobil yang sawah ladangnya menyebar di seluruh pelosok bumi. Apple juga jawara diantara 10 besar perusahaan yang paling dikagumi di dunia (world most admired company), mengalahkan Google, Microsoft dan Mc Donald.
Pidato dan presentasi tahunan Jobs selalu ditunggu banyak orang. Presentasinya itu dikenal punya sihir kuat dengan ajian yang sama; less, simple but powerful (saya juga men-share sebagian kiat dari presentasinya itu di note saya).
Dan, beberapa waktu lalu kita mendengar kabar sang CEO mengundurkan diri dari Apple yang dibangun dan dibesarkannya, pada usia 55 tahun, karena alasan kesehatan.
Steve Jobs memang tampak makin kurus. Kanker pankreas menggerogoti tubuhnya sejak lama, tetapi tidak isi kepalanya. Isi kepalanya itu dipenuhi dengan visi, ide dan gagasan-gagasan hebat tentang teknologi, hidup dan masa depan.
Dalam salah satu pidatonya yang legendaris, di depan lulusan Universitas Stanford di tahun 2005 (link-nya disini http://www.youtube.com/watch?v=UF8uR6Z6KLc), Steve Jobs berbagi rahasia hidupnya.
Rahasia itu adalah kiat hidup dan ajimat yang membuatnya demikian unggul baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin organisasi. Rahasia itu juga yang membuatnya terus mengeksplorasi kreativitasnya untuk melahirkan penemuan hebat meski di vonis penyakit mematikan.
Rahasia itu adalah, pertama, “selalu ingat pada kematian”.
Inilah kata-katanya setelah diterjemahkan;
Ketika saya berumur 17 tahun, saya membaca sebuah moto: “Jika kita hidup setiap hari seperti hari itu adalah hari terakhir bagi kita, kita akan menciptakan sesuatu yang benar-benar besar akhirnya.”
Moto tersebut sangatlah mengesankan saya, dan sejak itu, selama hampir 33 tahun, saya bercermin setiap pagi dan bertanya kepada diri saya sendiri: “Jika hari ini adalah hari terakhir saya, apakah saya akan melakukan apa yang seharusnya saya lakukan?” Dan ketika jawabannya “tidak”, saya tau bahwa ada sesuatu yang harus saya rubah dalam hidup saya.
Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah alat yang sangat penting dalam membantu membuat pilihan-pilihan besar dalam hidup saya. Oleh karena hampir segalanya– harapan, status, ketakutan, rasa malu, atau gagal-semuanya akan sirna ketika kita menghadapi kematian. Dan hanya meninggalkan apa yang benar-benar penting.
Mengingat bahwa anda akan segera mati adalah jalan terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan pemikiran bahwa anda memiliki sesuatu yang harus anda lepaskan. Kita semua sudah telanjang. Tidak ada alasan untuk tidak mengikuti apa kata hati anda
Tidak ada seorang pun yang ingin mati. Bahkan orang yang menginginkan masuk surga pun tidak ingin mati untuk mendapatkannya.
Namun kematian merupakan sebuan tujuan yang kita semua miliki. Tidak ada seorang pun yang dapat lolos darinya. Dan memang demikian adanya, karena kematian merupakan penemuan terhebat dalam kehidupan. Ia merupakan agen perubah kehidupan. Ia akan menyingkarkan yang tua untuk membuka jalan bagi yang lebih muda. Sekarang ini masih baru bagi kalian, tetapi suatu hari tidak lama dari sekarang, kalian akan menjadi tua dan akan tersingkir…..
Waktu kita sangat terbatas, jadi jangan buang percuma untuk hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma hidup hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan suara-suara orang lain meredam suara hati kita sendiri. Dan yang terpenting, mempunyai keberanian untuk mengikuti hati dan intuisi anda…………..
Nasehat untuk mengingat kematian sebagai cara meningkatkan produktivitas hidup hampir setiap saat di khutbahkan para ustadz , apalagi pada momen Ramadhan ini. Dan kita mungkin mendengarkannya sambil terkantuk-kantuk. Masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
Tetapi kawan, dengarlah itu, nasehat itu juga keluar dari manusia dan CEO paling berpengaruh abad ini; Steve Jobs. Bukan cuma sekedar nasehat, itu adalah pengalaman pribadinya. Ingat pada kematian yang dekat, itu rupanya sumber inspirasi dan energi terbesar Om Steve.
Rahasia kedua adalah; “tetaplah lapar, tetaplah bodoh” (stay hungry stay foolish)
Pada masa mudanya, era tahun 70-an, Steve Jobs sangat terkesan dengan sebuah kalimat yang dibacanya di cover belakang sebuah publikasi. Kalimat itu berbunyi “Stay hungry stay foolish”.
Kalimat itu bisa ditafsirkan dengan banyak makna. Untuk kaum muda, produk generasi bunga (flower generation) di Amerika kala itu, kalimat tersebut adalah seruan untuk meneruskan perjuangan dan perlawanan. Sebuah semangat anti kemapanan.
Perjuangan –dengan tujuan meraih apapun—pastilah butuh energi besar yang tak terperikan. Karena itu dibutuhkan bahan bakar tak habis-habis untuk menyalakan kobar energi itu, dan bahan bakar itu adalah sikap untuk tidak pernah merasa selesai. Karena perjuangan akan berakhir bagi mereka yang sudah kenyang dan merasa sudah pintar.
Tetaplah lapar akan prestasi dan tetaplah bodoh di hadapan ilmu pengetahuan; barangkali itulah maksudnya dalam konteks kita sekarang. Dengan tetap merasa lapar dan bodoh, kita memiliki bahan bakar berlimpah untuk menyibak berbagai ketidakmungkinan dalam hidup. Steve Jobs sudah membuktikannya.
Kalimat tersebut dipesankan ustadz Steve kepada lulusan baru universitas Stanford pada tahun 2005.
Kalimat itu pulalah yang ingin saya bagi dengan anda calon lulusan Ramadhan 1432 H, di bayang hari-hari akhirnya ini.
Bukankah Ramadhan mengajarkan kita untuk tetap lapar? Bukankah Ramadhan menghendaki kita untuk selalu bodoh di hadapan kemahaluasan ilmu pengetahuan Ilahi?
So, teman, stay hungry stay foolish….
Selamat Idul Fitri 1432 H, mohon maaf lahir dan batin.
Dengan Tulus,
Ali