Sewaktu Kang Abik (Habiburrahman El Shiradzy) –penulis novel Ayat-Ayat Cinta yang filmnya laris manis itu—memiliki ide untuk mulai menulis Novel tersebut, yang dia lakukan adalah menghadirkan setting timur tengah di kamar tempatnya menulis. Dia pernah tinggal dan kuliah di Mesir, tetapi lanskap gurun pasir, onta dan rumah-rumah batu itu tinggal kenangan.
Dia pasang gambar-gambar gurun lengkap dengan segala ornamennya di kamarnya; gambar suasana kota Kairo, latar tempat dimana Novel itu mengambil cerita; serta kampus Al Azhar University , tempat dimana tokoh Fahri kuliah.
Kang Abik berusaha memvisualisasikan Timur Tengah –terutama Kairo—di dalam kamarnya, agar proses penulisan Novel bisa berjalan lancar. Sebab ide yang sedang meluap-luap di kepalanya ketika itu butuh kaki yang lain, yaitu sebuah latar dan suasana yang membuat ide itu bisa mengalir keluar, tajam, detil dan tak henti.
Itu mengapa, banyak para penulis butuh menghilang, pergi ke tempat yang jauh dan sepi, atau tinggal menyatu di tempat dimana obyek yang sedang ditulisnya berada, oleh karena motivasi dan ide untuk menulis saja tidak cukup.
Motivasi atau niat atau ide atau apapun, adalah satu hal. Hal lain yang dibutuhkan untuk menjadikan motivasi/ide/ niat itu kejadian adalah Ability (kemampuan). Atau membangun kemampuan untuk menjadikan motivasi itu terlaksana. Setidaknya begitu menurut sebuah buku bagus berjudul INFLUENCER: THE NEW SCIENCE OF LEADING CHANGE.
Banyak orang kadang ketika menginginkan sesuatu cuma sampai sebatas daftar keinginan saja. Bumi berputar, tahun berganti, masa bergulir, keinginan tinggal keinginan, di ulang lagi tahun berikutnya untuk tidak tereksekusi dengan baik. Kita semakin tua, keinginan semakin banyak, waktu kian habis.
Resolusi paling populer orang-orang ketika pergantian tahun kemarin adalah hidup lebih sehat atau menurunkan berat badan. Itu artinya banyak malakukan aktifitas fisik dan mulai mengurangi porsi makan terlebih makanan kurang sehat. Semua orang tahu itu.
Tetapi ketika tiba waktunya makan, ya tetap saja tambo cie, duo, tigo. Tak bisa menolak dari godaan gorengan sore-sore, dengan alasan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah. Atau malas mulai melangkahkan kaki untuk berolah raga.
Padahal kalo benar dia punya keinginan diet, mungkin dia perlu memilih partner untuk saling mengingatkan, misalnya. Mulai mencari tau takaran jumlah kalori dari tiap makanan yang dia konsumsi, atau mulai membeli timbangan dan menimbang berat badannya tiap hari.
Atau, mulai mengganti piring makannya misalnya. Karena menurut penelitian, piring makan warna putih itu bisa menstimuli orang untuk makan lebih banyak dibandingkan piring berwarna lebih gelap.
Ini yang disebut Ability atau kemampuan itu.
Kalo benar di punya motivasi kuat untuk berolahraga, maka mungkin dia mulai mengganti sepatu high heel-nya dengan sepatu yang lebih sporty misalnya. Agar bawaan jalannya bisa lebih cepat dan gesit sehingga membakar kalori lebih banyak. Bukan malah terkondisi jalan melenggang dan meliuk bak peragawati di depan tukang sayur, karena sepatu berhak tinggi.
Buat mereka yang niat mulai berolahraga teratur, seharusnya bukan hanya sekedar memasang alarm, tetapi juga meletakan sepatu olah raga di tempat yang strategis, mudah dilihat dan mudah di jangkau. Karena banyak olah raga ngga kejadian oleh karena orang sudah stress duluan nyari dimana kaos kaki dan sepatu di simpen. Karena sesuatu yang mudah dijangkau dan dilihat lebih banyak menyita waktu kita, seperti HP dan pinsil alis.
Ini kemampuan-kemampuan sederhana yang seharusnya di perhatikan oleh siapapun yang punya motivasi untuk hidup lebih sehat.
Atau untuk mereka yang mulai ingin hidup lebih tenang dan bahagia, mungkin sudah mulai mensortir teman-temannya, baik di medsos maupun di dunia nyata. Karena selain keluarga, teman dan sahabat adalah sumber kebahagiaan utama.
Teman-teman pembawa aura negatif dan tidak mendukung misi kita ke arah bahagia, letakan saja di satu kotak khusus, yang sewaktu-waktu aja kita buka kalo kita punya waktu atau tinggalkan sama sekali. Tinggalkan grup-grup WA atau apapun yang hanya membuat kita kesal atau frustasi. Berkatalah baik atau diam, Termasuk di media sosial. Pikirkan dampak dari apa yang anda mau posting atau mau share di medsos. Karena “kredibilitas anda jauh lebih di dengar dari apa yang anda katakana atau share”.
Seorang teman bahkan sudah mulai meninggalkan media sosial sama sekali. Karena banyak ketidakbahagiaan lahir dari sana. Dia memang tidak banyak tahu apa yang tejadi menjelang akhir zaman ini, tapi dia baik-baik saja dan kelihatan berbahagia.
Atau untuk mereka yang ingin lebih produktif dan lebih berkontribusi, mungkin mulai dengan menyingkirkan apapaun yang tidak membuat produktif itu di jam-jam produktif kita. Cobalah untuk berhenti sejenak pada interval waktu tertentu dan jujur pada diri sendiri untuk terus menanyakan; “apa yang bisa saya lakukan agar lebih produktif lagi?”
Bisa juga dengan membuat “To Do List”. Atau mulai pagi hari dengan kemenangan-kemenangan kecil yang mengarah pada produktifitas besar kita. Saya suka memulai pagi dengan melihat-lihat quote-quote bagus dari orang-orang hebat.
Ada banyak sekali tips dan trik yang bisa kita lakukan untuk mencarikan satu kaki bernama Ability ini supaya keinginan dan motivasi kita bisa terlaksana dan tidak jadi penghuni tetap daftar keinginan of all time.
Paling tidak ada 3 kemampuan (Ablity) yang seharusnya dikembangkan untuk dapat mengeksekusi motivasi, niat atau ide itu. Kemampuan Personal (Personal Ability) , Kemampuan Sosial (Social Ability) dan Kemampuan Struktural (Structural Ability). Kapan-kapan kita diskusi detil tentang ketiganya.
Adapaun saya, saya juga sedang mencarikan kaki untuk keinginan-keinginan sederhana saya di tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Beberapa sudah dapat beberapa masih dalam proses pencarian.
Saya ingin lebih sehat. Saya mulai mengurangi gula dan mulai berlari seminggu tiga kali. Saya install aplikasi dan beli gadget yang mengingatkan saya untuk hidup lebih sehat.
Saya ingin lebih bahagia, oleh karena itu saya banyak bersyukur. Salah satu bentuk syukur saya adalah saya berusaha bersikap apa adanya dan tidak menyembunyikan sesuatu yang membuat saya bahagia atau tidak bahagia. Kadang itu mengagetkan banyak orang. Tapi saya berusaha jujur dan berdamai dengan diri sendiri, beginilah adanya saya…
Saya ingin lebih berkontribusi di bidang yang saya tekuni, karena itu saya mulai banyak menulis lagi. Kemampuan yang sudah saya asah sejak saya masih di sekolah menengah. Saya penuhi tawaran teman-teman untuk bersinergi menulis bareng. Saya tulis pengalaman-pengalaman saya dalam tulisan-tulisan pendek yang sekarang jumlahnya sudah puluhan, saya install aplikasi khusus untuk merekam gagasan-gagasan penting, dan lain sebagainya.
Saya juga ingin melakukan riset yang agak lebih terstruktur dan mudah-mudahan hasilnya akan jadi sebuah buku yang lebih utuh kelak. Karenanya tahun ini saya kembali ke bangku kuliah. Yeayy…Alhamdulillah.
Mudah-mudahan teman-teman semua menjadi pribadi yang terus membaik dan tumbuh dari waktu ke waktu. Doa tulus dari saya di awal tahun baru ini.
Saya mohonkan juga doa tulus dari teman-teman…
Tangerang, 5 Januari 2018