Sewaktu sakit kemarin, kaya ada yang berbeda waktu saya melihat cermin. Tampang yang kuyu dan kumis dan jenggot yang awut-awutan membuat saya terlihat menyedihkan. Bukan cuma menyedihkan, saya juga melihat makhluk yang rapuh disana. Kemudian saya lihat tangan dan anggota tubuh lain yang sering kita banggakan ini, sama saja, terlihat rapuh di mata saya waktu.
Category Archives: Self-Leadership
Salah satu aktivitas new normal pagi hari saya di saat-saat krisis sepert ini adalah menelpon teman-teman lama, saudara atau guru-guru kehidupan saya. Sekedar bertanya bagaimana kabar mereka dan ngobrol ngalor ngilur ngga jelas. Keliatan saya orang yang sangat peduli terhadap orang lain? Ngga juga. Itu salah satu cara saya mengatasi rasa gelisah dan stress yang.
“Hidup saya sangat Bahagia”, katanya. Perkenalkan ini Sam Berns. Usianya kala itu 17 tahun, tapi penampilannya seperti kakek 71 tahun. Tingginya tak lebih dari seorang bocah kelas 2 atau 3 SD dengan berat sekitar 20-an Kg. Jelas sekali dia memang tidak normal secara fisik. Selain tinggi dan berat badannya tidak normal, wajahnya sangat tirus, penuh.
Ketika bagian dunia lain masih “gelap” dan mencekam dengan perang melawan covid-19, China dan Korea (pelan-pelan) sudah mulai berani menyambut cahaya dan melanjutkan hidup paska cengkeraman sang virus. Orang-orang sudah mulai berani jalan-jalan, kantor, sekolah, pasar dan pusat keramaian sudah mulai dibuka dan orang sudah diijinkan bepergian jauh. Pelan-pelan terang mulai datang. Pertanyaan menarik, bagaimana.
Minggu lalu saya dibuat kaget oleh seorang teman. Ketika memperkenalkan saya di depan audiens sebelum saya tampil bicara, dia menyebut saya memiliki “kharisma” sebagai seorang pembicara. Jelas teman ini sedang tidak bercanda, karena bukan tipenye bercanda tidak perlu di depan banyak orang. Dan bukan sedang menyenangkan hati saya, karena kami berteman sejak lama dan selalu.